Mengerjakan shalat ‘Idul Fitri dan
‘Idul Adha (‘idain) berhukum sunah muakkad.
Dalil Shalat ‘Idul Fitri dan ‘Idul
Adha
Dalil mengerjakan shalat dua hari
raya adalah firman Allah swt.:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَر.
(الكوثر:3)
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu,
dan berkorbanlah.” (QS. Al Kautsar: 3)
Dan hadits Nabi Muhammad saw.:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يُصَلُّونَ
الْعِيدَيْنِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ (متفق عليه)
“Rasulullah saw., Abu Bakar, Umar
melakukan shalat dua hari raya sebelum khutbah dilaksanakan.” (Muttafaq ‘Alaih)
Shalat hari raya adalah shalat yang
berjumlah du’a raka’at, dan sunah dengan berjama’ah, serta dikerjakan sebelum
khutbah. Akan tetapi, bagi orang yang mengerjakan ibadah haji disunahkan
mengerjakannya tanpa berjama’ah. Bagi orang yang mengerjakannya tanpa
berjama’ah tidak disunahkan melakukan khutbah setelahnya. Adapun tempat
melaksanakan shalat ‘idain adalah masjid.
Waktu Pelaksanaan Shalat ‘Idul Fitri
dan ‘Idul Adha
Pelaksanaan shalat hari raya dimulai
saat matahari terbit sampai dengan tergelincir, dan yang paling utama adalah
mengerjakannya ketika matahari sudah naik kira-kira satu tombak dalam pandangan
mata.
Kesunahan di Hari Raya
Kesunahan yang dapat dilakukan pada
saat hari raya adalah:
1.
Melantunkan takbir
Kesunahan ini dimulai sejak
terbenamnya matahari hari raya ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha, dan berakhir ketika
imam memulai shalat ‘id. Hanya saja, pada hari raya ‘Idul Adha tetap disunahkan
melantunkannya setiap selesai mengerjakan shalat fardlu, shalat rawatib, shalat
sunah mutlak, dan shalat janazah. Kesunahan ini berlangsung sampai waktu Ashar
tanggal tiga belas Dzulhijjah.
Catatan:
a.
Takbir yang disunahkan pada setiap selesai shalat disebut takbir muqayyad.
b.
Takbir yang disunahkan tidak pada setiap shalat disebut takbir mursal.
Adapun bacaan takbir yang dimaksud
adalah:
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ،
اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ، وَاللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ
ِللهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كبيراً وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْراً، وَسُبْحَانَ
اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهْ، صَدَقَ وَعْدَهُ،
وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ
إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَِللهِ الْحَمْدُ.
2.
Mandi dengan niat untuk melaksanakan shalat hari raya:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِعِيْدِ
الْفِطْرِ / اْلأَضْحٰى سُنَّةً ِللهِ تَعَالٰى.
3.
Berangkat pagi-pagi, kecuali bagi imam disunahkan berangkat ketika shalat
hendak dilaksanakan.
4. Berhias diri
dengan memakai parfum, pakaian yang bagus, memotong kuku, serta menghilangkan
bau yang tidak sedap.
5.
Menempuh jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.
6.
Makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat ‘Idul Fitri, sedangkan pada
‘Idul Adha, sunah melakukan shalat terlebih dahulu.
7.
Tahniah (ungkapan suka cita) atas datangnya hari raya disertai dengan berjabat
tangan. Seperti lafadh:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْك
8.
Menjawab ucapan suka cita (tahni’ah) dengan bacaan:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنْكُمْ،
أَحْيَاكُمُ اللهُ ِلأَمْثَالِهِ، كُلَّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ.
Teknis Pelaksanaan Shalat dan Khutbah
Hari Raya ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha
1.
Ketika imam sampai di masjid, muraqi segera berdiri untuk memberi aba-aba
dimulainya shalat, yakni dengan lafadh:
صَلُّوْا سُنَّةً لِعِيْدِ اْلفِطْرِ
/ اْلأَضْحٰى رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ.
2.
Imam segera menuju mihrab (tempat imam), lalu niat shalat disertai takbiratul
ihram. Niatnya adalah:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِ الْفِطْرِ
/ اْلأَضْحٰى رَكْعَتَيْنِِ ِللهِ تَعَالٰى.
3.
Setelah takbiratul ihram, dilanjutkan membaca do’a iftitah, kemudian melakukan
takbir sebanyak tujuh kali pada raka’at pertama, dan lima kali pada raka’at
kedua. Lalu, membaca tasbih di sela-sela takbir:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ ِللهِ
وَلاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
4.
Setelah selesai melakukan takbir ketujuh, dilanjutkan membaca ta’awwudz, surat
Al Fatihah dan surat-surat yang disunahkan; seperti surat Qaf atau Al A’la pada
raka’at pertama, dan surat Al Qamar atau surat Al Ghasyiyah pada raka’at kedua.
5. Selesai
melaksanakan shalat, muraqi segera berdiri untuk memberi aba-aba dimulainya
khutbah, disusul dengan membaca shalawat sambil menyerahkan tongkat. Redaksinya
semisal:
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ
الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، إِعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذاَ، يَوْمُ
عِيْدِ الْفِطْرِ / اْلأَضْحٰى، وَيَوْمُ السُّرُوْرِ، وَيَوْمُ الْمَغْفُوْر،
يَوْمُ أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ
الصِّيَامَ، إِذَا صَعِدَ الْخَطِيْبُ عَلَى الْمِنْبَرِ، أَنْصِتُوْا أَثَابَكُمُ
اللهُ، وَاسْمَعُوْا أَجَارَكُمُ اللهُ، وَأَطِيْعُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ.
اللّـٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اللّـٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى
سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ، اللّـٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا
وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
6.
Setelah itu, khotib menuju mimbar khutbah.
7. Kemudian
muraqi membaca do’a:
اَللّـٰهُمَّ قَوِّ اْلإِسْـلاَمَ،
مِنَ الْمُسْـلِمِيْنَ وَالْمُسْـلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنِ وَالْمُؤْمِنَاتِ،
وَيَسِّرْهُمْ عَلىٰ إِقَامَةِ الدِّيْنِ، وَاخْتِمْ لَنَا مِنْكَ بِالْخَيْرِ،
وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
8.
Selesai do’a, khotib mengucapkan salam kemudian duduk.
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
9.
Lalu, muraqi membaca takbir sebanyak tiga kali:
اَللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أَكْبَرْ،
اَللهُ أََكْبَرْ، لآَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أَكْبَرْ وَ
ِللهِ الْحَمْد 3 ×
10.
Kemudian, khotib melaksanakan khutbah pertama. Selesai khutbah, khotib duduk
sejenak, disusul muraqi membaca shalawat:
اَللّـٰهُمَّ صَلِّ عَلىٰ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
11.
Selesai duduk, khotib melanjutkan dengan khutbah kedua sampai selesai.
sumber : http://el.ibbien.com/index.php/kajian-fiqh/215-tata-cara-shalat-hari-raya-idul-fitri-dan-idul-adha-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar